Homo Homini Lupus Menjelang Pilpres 2024

Oleh Marianus Gaharpung

HOMO HOMINI LUPUS (manusia srigala bagi sesamanya) dalam dunia perpolitikan tanah air saat ini sangat terang benderang dipertontonkan. Politik memang keras, sadis bahkan terkadang tidak bermoral dan berperikemanusiaan. Teman bisa saling “makan” apalagi lawan.

Benar kata orang dalam berpolitik tidak ada teman dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Dengan kata lain, dalam politik tidak ada musuh yang abadi dan tidak ada teman yang selamanya. Deklarasi Anies- Cak Imin dilakukan di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu September pekan lalu.

Bacapres dari Partai NasDem Anies Baswedan dan bacawapres sekaligus Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin resmi sebagai pasangan pertama menjelang pilpres 2024 untuk merebut kursi RI 1 dan RI 2.

Deklarasi itu tampak dihadiri oleh Ketum Partai NasDem Surya Paloh hingga Waketum NasDem Ahmad Ali. Sementara itu, hadir pula Sekjen PKB Hasanuddin Wahid.

Peristiwa politik yang dipertontonkan Partai Nasdem dan PKB di Holet Majapahit semakin membuktikan bahwa setiap detik bisa saja berubah sehingga wajar saja publik meyakini partai- partai politik tanah air sudah mengalami degrasasi moral politik bukan lagi demi kemasyalahatan kebaikan bersama melainkan kepentingan prihadi dan kelompok yang dikedepankan.

Dengan peristiwa politik di Hotel Majapahit sabtu kemarin, pertanyaannya apakah benar bahwa hakekat mendirikan partai politik untuk kesejahteraan rakyat atau sebaliknya merebut dan membagi- bagi kekuasaan itu kepada pribadi per pribadi serta kelompok kepentingan? Jika demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat mengapa korupsi masih meraja lelah di seputar menteri, gubernur, bupati walikota, anggota dewan dari pusat sampai ke daerah?

Jadi kalau sikap Anies -Cak Imin melakukan turbelensi “moral” politik menjelang pilpres 2024 adalah hal yang wajar -wajar saja. Dan, hal yang demikian inipun bisa saja terjadi besok lusa minggu depan atau bulan depan pada oknum- oknum petinggi partai lain adalah sesuatu yang lumrah untuk merebut kekuasaan. Moment menjelang pilres 2024 adalah bagaimana strategi mematikan kawan jika memang harus dimatikan dan bagainana merayu lawan demi satu tujuan bersama untuk merebut kekuasaan.

Memang, ada orang yang betul-betul setia dan tulus berteman. Tanpa pertimbangan dan bebas dari kepentingan. Tetapi, menjelang pilpres 2024, kebanyakan berteman hanya karena situasi dan kepentingan tertentu.

Berteman karena kepentingan sangat familiar terjadi di dunia politik. Banyak orang mengatakan jika relasi dalam di dunia politik itu tidak ada teman abadi.

Tidak heran beberapa waktu lalu banyak politikus yang lompat dari satu parpol ke parpol lainnya. Karena motif utamanya adalah faktor sedapnya kekuasaan.

Dalam minggu ini, Partai Demokrat mendapat “tamparan” politik yang sangat dahsyat dari Nasdem dan PKB. Dan, pada moment yang sama pula PKB menjatuhkan “talak” politik terhadap Perindo, Golkar serta PAN. Kemesraan berpolitik ternyata begitu cepat berlalu.

Sehingga masyarakat terutama kaum milenial yang secara alamiah akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini ke depan bertanya dalam sanubarinya dimana “doktrin” nilai- nilai politik praktis yang santun, beradap, bermoral dan penuh kejujuran yang dapat dihibahkan kepada generasi milenial?

Protret buram perpolitikan tanah air yang sarat dengan intrik pribadi, kelompok, penuh ketidakjujuran serta keegohan akan terus tumbuh subur dan menjadi warisan nyata bagi generasi milenial. Pemimpin dan pengurus parpol wajib bertanggungjawab atas turbelensi moral politik saat ini.*

*) Penulis adalah Dosen FH Ubaya Surabaya

sumber berita: https://sinergisatu.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *